Pengembangan Budaya Lokal di Perguruan Tinggi

PENGEMBANGAN BUDAYA LOKAL DI PERGURUAN TINGGI

 Image

Nama: Fazrul El Mauludy

Npm: 13113346

Kelas: 1KA07

UNIVERSITAS GUNADARMA

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai Pengembangan Budaya Lokal di Perguruan Tinggi. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai blog yang ada di internet untuk membantu menyelesaikan semua tugas selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………i

Kata Pengantar…………………………………………………… ii

Daftar Isi…………………………………………………………. iii

Bab 1 Pendahuluan……………………………………………… 1

Latar Belakang……………………………………………. 1

Rumusan Masalah………………………………………… 1

Tujuan……………………………………………………….. 1

Bab 2 Pembahasan……………………………………………… 2

Bab 3 Penutup…………………………………………………… 3

Kesimpulan…………………………………………………3

Referensi………………………………………………………… 4

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu masalah utama dalam bidang pendidikan dan kebudayan adalah masalah identitas kebangsaan. Dengan derasnya arus globalisasi dikhawatirkan budaya bangsa, khususnya budaya lokal akan mulai terkikis. Budaya asing kini kian mewabah dan mulai mengikis eksistensi budaya lokal yang sarat makna. Agar eksistensi budaya lokal tetap kukuh, maka diperlukan pemertahanan budaya lokal.

Rumusan Masalah

Apa yang harus dilakukan perguruan tinggi dalam mengembangkan budaya Indonesia?

Tujuan

Agara mahasiswa mengetahui pentingnya mengembangkan budaya lokal

1

BAB 2 PEMBAHASAN

Setiap perguruan tinggi seharusnya bertanggung jawab untuk mengembangkan kebudayaan lokal di masing-masing daerah tempatnya berada. Pengembangan kebudayaan tersebut juga harus melibatkan atau bekerja sama dengan media. Upaya ini penting dilakukan untuk mempertahankan kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Perguruan tinggi yang baik harus memiliki misi untuk mengembangkan pendidikan dan kebudayaan, pengembangan pendidikan dan kebudayaan bahkan tidak boleh dipisahkan. Pengembangan kebudayaan/kesenian daerah juga perlu melibatkan kerja sama dengan media massa dan elektronik. Dengan demikian, kebudayaan daerah bisa diapresiasi oleh publik dan mendapat perhatian dari pemerintah dan pengusaha. Terkait dengan kesenian wayang Ada juga inovasi terbaru dengan kesenian tersebut harus beradaptasi dengan teknologi animasi agar dapat diterima oleh kalangan generasi muda, tetapi juga tidak kehilangan filosofinya untuk menyampaikan pesan yang baik.

2

BAB 3 PENUTUP

KESIMPULAN

Setiap perguruan tinggi seharusnya bertanggung jawab untuk mengembangkan kebudayaan lokal di masing-masing daerah tempatnya berada. Pengembangan kebudayaan tersebut juga harus melibatkan atau bekerja sama dengan media. Upaya ini penting dilakukan untuk mempertahankan kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional.

3

REFERENSI

http://www.ugm.ac.id/id/berita/607-perguruan.tinggi.harus.kembangkan.budaya.lokal (Selasa, 21 Juli 2009)

http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/306 (Bandung, 5–7 Agustus 2009)

4

 

Konstribusi Budaya Lokal Pada Seni Budaya Indonesia

KONSTRIBUSI BUDAYA LOKAL PADA SENI BUDAYA INDONESIA

 

 Image

Nama: Fazrul El Mauludy

NPM: 13113346

Kelas: 1KA07

 

 

 

 

 

UNIVERSITAS GUNADARMA

 

KATA PENGANTAR

     

 

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai konstribusi budaya local pada seni budaya indonesia. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai blog yang ada di internet untuk membantu menyelesaikan semua tugas selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1

 

 

DAFTAR ISI

 

Cover………………………………………………………………  i

Kata Pengantar……………………………………………………   ii

Daftar Isi…………………………………………………………… iii

Bab 1 Pendahuluan……………………………………………….   1

          Latar Belakang……………………………………………..   1

          Rumusan Masalah…………………………………………    1

          Tujuan………………………………………………………….. 1

Bab 2  Pembahasan………………………………………………   2

Bab 3  Penutup……………………………………………………   4

          Kesimpula……………………………………………………. 4

Referensi…………………………………………………………   5

 

 

 

 

 

 

 

1

BAB I PENDAHULUAN

 

Latar Belakang

  Penghargaan pada budaya dan seni tradisi lokal menunjukkan penghargaan sebuah bangsa pada sejarah sekaligus identitas kebangsaannya sendiri. Dalam konteks Indonesia, penghargaan pada budaya dan seni tradisi lokal ini menghadapi problem yang cukup pelik. Beberapa kasus akuisisi seni tradisi masyarakat Indonesia oleh Malaysia selama sepuluh tahun terakhir, misalnya angklung, reog ponorogo, batik, dan lagu Rasa Sayange, menunjukkan adanya permasalahan eksistensi dan kebanggaan atas budaya lokal yang sangat mendesak.

 

Rumusan masalah

Apa saja yang dilakukan masyarakat Indonesia dalam mengembangkan budaya lokal?

 

Tujuan

Agar mahasiswa lebih mengetahui pengaruh budaya lokal yang ada di Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

2

BAB 2 PEMBAHASAN

 

        Manusia adalah mahluk budaya, maka kebudayaan dapat didefinisikan sebagai hasil pengungkapan diri manusia ke dalam materi sejauh diterima dan dimiliki oleh suatu masyarakat dan menjadi warisanya. Manusia harus menciptakan suatu kebudayaan, sebab tanpa kebudayaan ia mahluk yang tidak berdaya, yang menjadi korban dari keadaanya yang tidak lengkap dan naluri-nalurinya tidak terpadu. Manusia mempunyai individualism yang menyebabkan berbeda dengan mahlk lainya. Ini juga berlaku bagi kelompok-kelompok manusia , suku-suku , dan sebagainya. Itulah sebabnya mengapa kebudayaan yang diciptakan oleh manusia beranekaragam.

 

        Adapun  berbagai cara yang dilakukan masyarakat Indonesia untuk mengembangkan budaya lokal Indonesia

 

  • Mengadakan pameran budaya

Pameran yang di adakan oleh sekelempok organisasi yang memamerkan budaya ke negara lain, hal ini bisa menjadikan bahwa negara kita mempunyai kebudayaan yang beragam. Karena perkembngan IPTEK sangat pesat kita juga dapat melakukan melalui website atau lainnya, agar kebudayaan bangsa Indonesia dapat dikenal dan diketahui oleh bangsa lain tanpa berkunjung ke Negara Indonesia.

 

  • Banyaknya objek wisata yang dimiliki Indonesia.

Pariwisata adalah salah satu objek wisata alternatif yang sangat di minati oleh masyarakat dan turis yang ingin berlibur saat libur tiba. Wisata pun tidak hanya menyuguhkan pemainan, ataupun penglihatan semata, tetapi wisata juga menyuguhkan budaya yang kita miliki di tiap daerah yang berada di daerah tersebut.

3

 

 

  • Warisan budaya diakui oleh dunia

Dengan di akuinya warisan budaya kita oleh dunia, maka bisa dikatakan bawha negara kita memiliki budaya yang beragam dan tidak ditiru atau pun di akuai oleh negara lain, hanya tinggal dari kita sendiri yang mulai melestarikan dan membangun budaya agar tidak punah.

 

  • Generasi muda yang cinta pada kebudayaan Indonesia dan penuh kreatifitas

Melalui berkembangnya IPTEK generasi muda ini dapat memperkenalkan budaya kita yang beraneka ragam, mamadukan kebudayaan atau bahkan menimbulkan kebudayaan baru sperti kedisiplinan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4

PENUTUP

 

Kesimpulan

   Menjaga kebudayaan bangsa berarti dapat mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Dengan cara mengenali kelemahan-kelemahan dan tantangan dalam meningkatkan daya saing budaya, maka dapat diambil berbagai langkah koreksi yang diperlukan. Dengan meningkatkan jati diri budaya lokal, berarti secara tidak langsung dapat meningkatkan budaya, dan demikian pun sebaliknya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5

 

Referensi

Buku : Ilmu Budaya Dasar (penerbit PT Prenhallindo, Jakarta)

http://ekotrickfutsal.blogspot.com/2011/11/kontribusi-pemerintah-dan-masyarakat.html(Rabu, 23 November 2011)

http://budayalokal.communication.uii.ac.id/profil/

Peran Agama Dalam Pembangunan Budaya Lokal

PERAN AGAMA DALAM PEMBANGUNAN BUDAYA LOKAL

Image

Nama: Fazrul El Mauludy

Npm: 13113346

Kelas: 1KA07

UNIVERSITAS GUNADARMA

KATA PENGANTAR

 

 

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai Peran Agama Dalam Pengembangan Budaya Lokal. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai blog yang ada di internet untuk membantu menyelesaikan semua tugas selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………… i

Kata Pengantar…………………………………………………… ii

Daftar Isi…………………………………………………………. iii

Bab 1 Pendahuluan……………………………………………… 1

Latar Belakang……………………………………..1

Rumusan Masalah………………………………….1

Tujuan………………………………………………1

Bab 2 Pembahasan………………………………………………2

Bab 3 Penutup……………………………………………………5

Kesimpula…………………………………………. 5

Referensi………………………………………………………… 6

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Islam di Indonesia disebut sebagai suatu entitas karena memiliki karakter yang khas yang membedakan Islam di daerah lain, karena perbedaan sejarah dan perbedaan latar belakang geografis dan latar belakang budaya yang dipijaknya. Selain itu, Islam yang datang ke sini juga memiliki strategi dan kesiapan tersendiri antara lain: Pertama, Islam datang dengan mempertimbangkan tradisi, tradisi berseberangan apapun tidak dilawan tetapi mencoba diapresiai kemudian dijadikan sarana pengembangan Islam. Kedua, Islam datang tidak mengusik agama atau kepercayaan apapun, sehingga bisa hidup berdampingan dengan mereka. Ketiga, Islam datang mendinamisir tradisi yang sudah usang, sehingga Islam diterima sebagai tradisi dan diterima sebagai agama. Keempat, Islam menjadi agama yang mentradisi, sehingga orang tidak bisa meninggalkan Islam dalam kehidupan mereka.

Rumusan Masalah

  1. Bagaimana hubungan agama Islam dengan budaya lokal ?

  2. . Apa fungsi agama terhadap perkembangan dan perubahan budaya ?

Tujuan

Agar mahasiswa lebih mengetahui pengaruh-pengaruh agama yang ada di Indonesia terhadap kebudayaan Indonesia.

1

BAB 2 PEMBAHASAN

1. HUBUNGAN ISLAM DENGAN BUDAYA LOKAL

Islam dipandang sebagai agama sekaligus peradaban. Pada periode islam pertengahan awal 945-1258 peradan islam berkembang menjadi peradaban internasional yang menyebar keluar batas wilayah irano-semitik. Agama Islam membiarkan kearifan lokal dan produk-produk kebudayaan lokal yang produktif dan tidak mengotori aqidah untuk tetap eksis. Jika memang terjadi perbedaan yang mendasar, agama sebagai sebuah naratif yang lebih besar bisa secara pelan-pelan menyelinap masuk ke dalam “dunia lokal” yang unik tersebut. Mungkin untuk sementara akan terjadi proses sinkretik, tetapi gejala semacam itu sangat wajar, dan in the long run, seiring dengan perkembangan akal dan kecerdasan para pemeluk agama, gejala semacam itu akan hilang dengan sendirinya.

Para ulama salaf di Indonesia rata-rata bersikap akomodatif. Mereka tidak serta merta membabat habis tradisi. Tidak semua tradisi setempat berlawanan dengan aqidah dan kontra produktif. Banyak tradisi yang produktif dan dapat digunakan untuk menegakkan syiar Islam. Lihat saja tradisi berlebaran di Indonesia. Siapa yang menyangkal tradisi itu tidak menegakkan syiar Islam? Disamping Ramadan, tradisi berlebaran adalah saat yang ditunggu-tunggu. Lebaran menjadi momentum yang mulia dan mengharukan untuk sebuah kegiatan yang bernama silaturrahim. Apalagi dalam era globalisasi dimana orang makin mementingkan diri sendiri. Dalam masyarakat Minangkabau misalnya, tradisi telah menyatu dengan nilai Islam. Lihat kearifan lokal mereka: Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah “adat bersendikan hukum Islam, hukun Islam bersendikan Al Quran.” Dalam tradisi lisan Madura juga dikenal abantal omba’, asapo’ iman yang bermakna bekerja keras dan senantiasa bertakwa.

Islam tidak pernah membeda-bedakan budaya rendah dan budaya tinggi, budaya kraton dan budaya akar rumput yang dibedakan adalah

2

tingkat ketakwaannya. Disamping perlu terus menerus memahami Al Quran dan Hadist secara benar, perlu kiranya umat Islam merintis

cross cultural understanding (pemahaman lintas budaya) agar kita dapat lebih memahami budaya bangsa lain.

Meluasnya Islam ke seluruh dunia tentu juga melintas aneka ragam budaya lokal. Islam menjadi tidak “satu”, tetapi muncul dengan wajah yang berbeda-beda. Hal ini tidak menjadi masalah asalkan substansinya tidak bergeser. Artinya, rukun iman dan rukun Islam adalah sesuatu yang yang tidak bisa di tawar lagi. Bentuk masjid kita tidak harus seperti masjid-masjid di Arab. Atribut-atribut yang kita kenakan tidak harus seperti atribut-atribut yang dikenakan bangsa Arab. Festival-festival tradisional yang kita miliki dapat diselenggarakan dengan menggunakan acuan Islam sehingga terjadi perpaduan yang cantik antara warna Arab dan warna lokal. Lihat saja, misalnya, perayaan Sekaten di Yogyakarta, Festival Wali Sangan, atau perayaan 1 Muharram di banyak tempat.

Dalam benak sebagian besar orang, agama adalah produk langit dan budaya adalah produk bumi. Agama dengan tegas mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia. Sementara budaya memberi ruang gerak yang longgar, bahkan bebas nilai, kepada manusia untuk senantiasa mengembangkan cipta, rasa, karsa dan karyanya. Tetapi baik agama maupun budaya difahami (secara umum) memiliki fungsi yang serupa, yakni untuk memanusiakan manusia dan membangun masyarakat yang beradab dan berperikemanusiaan.

 

2. FUNGSI AGAMA TERHADAP PERKEMBANGAN DAN PERUBAHAN BUDAYA

Dalam konteks sosial, hubungan fungsional antara agama dan masyarakat sejauh menekankan aspek-aspek yang rasional dan humanis, atau sosial karitatif dalam masyarakat, dapat disebut sebagai suatu historical force yang turut menentukan perubahan dan perkembangan masyarakat.

3

Dalam hubungan ini, dapat dikatakan bahwa agama mampu menjadi katalisator pencegah terjadinya disintegrasi dalam masyarakat. Dan lebih dari itu, dengan kekuatan yang dimilikinya, agama dapat diharapkan membangun spiritualitas yang memberi kekuatan dan pengarahan dalam memecahkan segala problem sosial, mengatasi rasa frustrasi sosial, penindasan dan kemiskinan. Sosiolog Peter L Berger (1991) mengemukakan hal yang sama, bahwa agama merupakan sistem simbolik yang memberikan makna dalam kehidupan manusia yang bisa memberikan penjelasan secara meyakinkan, serta paling komprehensif tentang realitas, tragedi sosial dan penderitaan atau rasa ketidakadilan.

Memahami agama sebagai gejala kebudayaan tentu bersifat kontekstual, yakni memahami fenomena keagamaan sebagai bagian dari kehidupan sosial kultural. Dalam hal ini agama dikembalikan kepada konteks manusia yang menghayati dan meyakininya, baik manusia sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Dalam setiap agama, tentu diajarkan nilai-nilai yang melahirkan norma atau aturan tingkah laku para pemeluknya, walaupun pada dasarnya sumber agama itu adalah nilai-nilai transenden. Keyakinan religius demikian, yang oleh Berger dikatakan dapat membentuk masyarakat kognitif, memberi kemungkinan bagi agama untuk berfungsi menjadi pedoman dan petunjuk bagi pola tingkah laku dan corak sosial. Di sinilah agama dapat dijadikan sebagai instrumen integratif bagi masyarakat. Karena agama tidak berupa sistem kepercayaan belaka, melainkan juga mewujud sebagai perilaku individu dalam sistem sosial.

Intelektual seperti Soedjatmoko (1984) juga mengakui agama menjadi penggerak dan pemersatu masyarakat secara efektif. Karena, agama lebih dari ideologi sekuler mana pun, merupakan sistem integrasi yang menyeluruh. Agama mengandung otoritas dan kemampuan pengaruh untuk mengatur kembali nilai-nilai dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai masyarakat. Dengan demikian, fungsi sosial agama adalah memberi kontribusi untuk mewujudkan dan mengekalkan suatu orde sosial (tatanan kemasyarakatan).

4

Secara sosiologis memang tampak ada korelasi positif antara agama dan integrasi masyarakat; agama merupakan elemen perekat dalam realitas masyarakat yang pluralistik.

BAB 3 PENUTUP

KESIMPULAN

Islam masuk ke Indonesia dengan penuh kedamaian dan diterima dengan tangan terbuka, tanpa prasangka sedikitpun. Bersama agama Hindu dan Budha, Islam memperkenalkan civic culture atau budaya bernegara kepada masyarakat di negri ini. Para wali menyebarkan dan memperkenalkan Islam melalui pendekatan budaya. Sejalan dengan perkembangan budaya dan pola berpikir masyarakat yang materialistis dan sekularis, maka nilai yang bersumberkan agama belum diupayakan secara optimal. Agama dipandang sebagai salah satu aspek kehidupan yang hanya berkaitan dengan aspek pribadi dan dalam bentuk ritual, karena itu nilai agama hanya menjadi salah satu bagian dari sistem nilai budaya; tidak mendasari nilai budaya secara keseluruhan.

5

REFERENSI

Buku: agama dan plutitas budaya lokal | penerbit pusat budaya dan perubahan sosial.

harryromanisti.files.wordpress.com/..

http://mambaulhikaminduk.blogspot.com/2012/03/peran-agama-dalam-perkembangan-budaya.html (jum’at 23 Maret 2012)

6