PRINSIP-PRINSIP MORAL UNTUK MEMBANGUN PRIBADI KUAT

BAB I

PENDAHULUAN

PRINSIP-PRINSIP MORAL UNTUK MEMBANGUN PRIBADI KUAT

 

1.1  Latar Belakang

 

Setiap manusia dituntut untuk memiliki moral yang baik. Moral adalah perilaku yang baik dan juga terpuji. Saat seseorang telah memiliki moral yang baik maka tidak diragukan lagi bahwa secara perlahan namun pasti pribadinya pun akan sama kuatnya dengan moral yang dimilikinya. Dalam setiap agama mengajarkan pengikutnya untuk memiliki moral yang baik karena moral akan menentukan juga bagaimana kepribadian seseorang tersebut. Ketika seseorang tidak memiliki moral yang baik maka hidupnya pun tidak akan baik, kepribadiannya rapuh dan sulit menjalin hubungan sosial dengan orang-orang disekitarnya. Maka itu pentingnya seseorang memiliki moral adalah suatu keharusan.

 

1.2  Rumusan Masalah

 

  1. Apa pengertian moral?
  2. Apa pengertian prinsip?
  3. Apa manfaat dari prinsip-prinsip moral untuk membangun pribadi yang kuat?

 

 

BAB II

ISI

 

2.1 Pengertian Moral

 

Moral berasal dari bahasa Latin “mos” (jamak: mores) yang berarti kebiasaan, adat. Kata “mos”(mores) dalam bahasa Latin sama artinya dengan etos dalam bahasa Yunani. Di dalam bahasa Indonesia, kata moral diterjemahkan dengan arti susila. Adapun pengertian moral yang paling umum adalah tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide yang diterima umum, yaitu berkaitan dengan makna yang baik dan wajar. Dengan kata lain, pengertian moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran-ukuran tindakan yang diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Kata moral selalu mengacu pada baik dan buruknya perbuatan manusia sebagai manusia.

Berikut adalah pengertian moral dari beberapa ahli:

  • Pengertian Moral Menurut Chaplin (2006): Moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.
  • Pengertian Moral Menurut Hurlock (1990): moral adalah tata cara, kebiasaan, dan adat peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
  • Pengertian Moral Menurut Wantah (2005): Moral adalah sesuatu yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar salah dan baik buruknya tingkah laku.

Dari tiga pengertian moral di atas, dapat disimpulkan bahwa Moral adalah suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan kesepakatan sosial, yang mendasari tindakan atau pemikiran. Jadi, moral sangat berhubungan dengan benar salah, baik buruk, keyakinan, diri sendiri, dan lingkungan sosial.

 

 

2.2 Pengertian Prinsip

 

Prinsip merupakan petunjuk arah layaknya kompas. Sebagai petunjuk arah, kita bisa berpegangan pada prinsip – prinsip yang telah disusun dalam menjalani hidup tanpa harus kebingunan arah karena prinsip bisa memberikan arah dan tjuan yang jelas pada setiap kehidupan kita. Seorang leader atau pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang berprinsip. Karena seorang pemimpin yang berprinsip pasti akan terarah dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin.

 

 

Berikut ini adalah pengertian dan definisi prinsip:

 

  • KAMUS BAHASA INDONESIA

Prinsip adalah asas, kebenaran yang jadi pokok dasar orang berfikir, bertindak, dan sebagainya.

 

  • PALGUNADI TATIT SETYAWAN

Prinsip adalah hal yang membatasi esensi

 

  • RUSSEL SWANBURG

Prinsip adalah kebenaran yang mendasar, hukum atau doktrin yang mendasari gagasan

 

  • TOTO ASMARA

Prinsip adalah hal yang secara fundamental menjadi martabat diri atau dengan kata lain, prinsip adalah bagian paling hakiki dari harga diri

 

  • UDO YAMIN EFENDI MAJDI

Prinsip adalah pedoman berprilaku yang terbukti mempunyai nilai yang langgeng dan permanen

 

  • AHMAD JAUHAR TAUHID

Prinsip adalah pandangan yang menjadi panduan bagi perilaku manusia yang telah terbukti dan bertahan sekian lama

 

  • HERRY TJAHJONO

Prinsip adalah hukum alam dan sudah jadi kebenaran hakiki

 

  • AWANG, WIDAYANTI, HIMMAH, ASTUTI, SEPTIANA, SOLEHUDIN NOVEANTO

Prinsip adalah suatu aturan dasar yang mendasari pola berpikir atau bertindak

 

  • ANDI YOHANES

Prinsip adalah hukum, tidak bisa tidak, harus seperti itu

 

  • SAMUEL S. LUSI

Prinsip adalah panduan yang mengompasi hidup anda untuk kembali ke diri sejati anda

 

 

2.3 Manfaat dari prinsip-prinsip moral untuk membangun pribadi yang kuat

 

Untuk mengukur tindakan manusia secara moral, Tolak ukurnya adalah Prinsip-Prinsip Moral Dasar, berikut ini adalah prinsip-prinsip dari moral dasar tersebut :

 

  1. Prinsip Sikap Baik

Kesadaran inti utilitarisme ialah bahwa kita hendaknya jangan merugikan siapa saja, jadi bahwa sikap yang dituntut dari kita sebagai dasar dalam hubungan dengan siapa saja adalah sikap yang positif dan baik. Prinsip utilitarisme, bahwa kita harus mengusahakan akibat-akibat baik sebanyak mungkin dan mengusahakan untuk sedapat-dapatnya mencegah akibat-akibat buruk dari tindakan kita bagi siapa saja yang terkena olehnya memang hanya masuk akal, kalau sudah diandaikan bahwa kita harus bersikap baik terhadap orang lain.

Dengan demikian prinsip moral dasar pertama dapat kita sebut prinsip sikap baik. Prinsip itu mendahului dan mendasari semua prinsip moral lain. Baru atas tuntutan dasar ini semua tuntutan moral lain masuk akal. Kalau tidak diandaikan bahwa pada dasarnya kita harus bersikap positif terhadap orang lain.

Prinsip ini mempunyai arti yang amat besar bagi kehidupan manusia. Hanya karena prinsip itu memang kita resapi dan rupa-rupanya mempunyai dasar dalam struktur psikis manusia, kita dapat bertemu dengan orang yang belum kita kenal tanpa takut. Karena sikap dasar itu kita dapat mengandaikan bahwa orang lain tidak akan langsung mengancam atau merugikan kita.

Karena sikap dasar itu kita selalu mengandaikan bahwa yang memerlukan alasan bukan sikap yang baik melainkan sikap yang buruk. Jadi yang biasa pada manusia bukan sikap memusuhi dan mau membunuh, melainkan sikap bersedia untuk menerima baik dan membantu. Oleh karena itu berulang kali kita dapat mengalami bahwa orang yang sama sekali tidak kita kenal, secara spontan tidak membantu kita dalam kesusahan. Andaikata tidak demikian, andaikata sikap dasar antar manusia adalah negatif, maka siapa saja harus kita curigai, bahkan kita pandang sebagai ancaman. Hubungan antar manusia akan mati.

 

 

  1. Prinsip Keadilan

Masih ada prinsip lain yang tidak termuat dalam utilitarisme, yaitu prinsip keadilan. Bahwa keadilan tidak sama dengan sikap baik, dapat kita pahami pada sebuah contoh : untuk memberikan makanan kepada seorang ibu gelandangan yang menggendong anak, apakah saya boleh mengambil sebuah kotak susu dari sepermarket tanpa membayar, dengan pertimbangan bahwa kerugian itu amat kecil, sedangkan bagi ibu gelandangan itu sebuah kotak susu dapat berarti banyak baginya. Tetapi kecuali kalau betul-betul sama sekali tidak ada jalan lain untuk menjamin bahwa anak ibu itu dapat makan, kiranya kita harus mengatakan bahwa dengan segala maksud baik itu kita tetap tidak boleh mencuri. Mencuri melanggar hak milik pribadi dan dengan demikian keadilan. Berbuat baik dengan melanggar hak pihak ketiga tidak dibenarkan.

Hal yang sama dapat juga dirumuskan dengan lebih teoritis : Prinsip kebaikan hanya menegaskan agar kita bersikap baik terhadap siapa saja. Tetapi kemampuan manusia untuk bersikap baik secara hakiki terbatas, itu tidak hanya berlaku pada benda-benda materiil yang dibutuhkan orang : uang yang telah diberikannya kepada seseorang pengemis tidak dapat dibelanjakan bagi anak-anaknya sendiri; melainkan juga dalam hal perhatian dan cinta kasih : kemampuan untuk memberikan hati kita juga terbatas! Maka secara logis dibutuhkan prinsip tambahan yang menentukan bagaimana kebaikan yang merupakan barang langka itu harus dibagi. Prinsip itu prinsip keadilan.

Adil pada hakekatnya berarti bahwa kita memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Dan karena pada hakekatnya semua orang sama nilainya sebagai manusia, maka tuntutan paling dasariah keadilan ialah perlakuan yang sama terhadap semua orang, tentu dalam situasi yang sama. Jadi prinsip keadilan mengungkapkan kewajiban untuk memberikan perlakuan yang sama dan untuk menghormati hak semua pihak yang bersangkutan. Suatu perlakuan yang tidak sama adalah tidak adil, kecuali dapat diperlihatkan mengapa ketidak samaan dapat dibenarkan (misalnya karena orang itu tidak membutuhkan bantuan). Suatu perlakuan tidak sama selalu perlu dibenarkan secara khusus, sedangkan perlakuan yang sama dengan sendirinya betul kecuali terdapat alasan-alasan khusus. Secara singkat keadilan menuntut agar kita jangan mau mencapai tujuan-tujuan, termasuk yang baik, dengan melanggar hak seseorang.

 

 

  1. Prinsip Hormat Terhadap Diri Sendiri

Prinsip ini mengatakan bahwa kita wajib untuk selalu memperlakukan diri sebagai suatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Prinsip ini berdasarkan faham bahwa manusia adalah person, pusat berpengertian dan berkehendak yang memiliki kebebasan dan suara hati, makhluk berakal budi. Oleh karena itu manusia tidak pernah boleh dianggap sebagai sarana semata-mata demi suatu tujuan yang lebih lanjut. Ia adalah tujuan yang bernilai pada dirinya sendiri, jadi nilainya bukan sekedar sebagai sarana untuk mencapai suatu maksud atau tujuan yang lebih jauh. Hal itu juga berlaku bagi kita sendiri. Maka manusia juga wajib untuk memperlakukan dirinya sendiri dengan hormat. Kita wajib menghormati martabat kita sendiri.

Prinsip ini mempunyai dua arah. Pertama dituntut agar kita tidak membiarkan diri diperas, diperalat, diperkosa atau diperbudak. Perlakuan semacam itu tidak wajar untuk kedua belah pihak, maka yang diperlakukan demikian jangan membiarkannya berlangsung begitu saja apabila ia dapat melawan. Kita mempunyai harga diri. Dipaksa untuk melakukan atau menyerahkan sesuatu tidak pernah wajar, karena berarti bahwa kehendak dan kebebasan eksistensial kita dianggap sepi. Kita diperlakukan sama seperti batu atau binatang. Hal itu juga berlaku apabila hubungan-hubungan pemerasan dan perbudakan dilakukan atas nama cinta kasih, oleh orang yang dekat dengan kita, seperti oleh orang tua atau suami. Kita berhak untuk menolak hubungan pemerasan, paksaan, pemerkosaan yang tidak pantas. Misalnya ada orang yang didatangi orang yang mengancam bahwa ia akan membunuh diri apabila dia itu tidak mau kawin dengannya, maka menurut hemat saya sebaiknya diberi jawaban “silahkan!” dengan resiko bahwa ia memang akan melalukannya (secara psikologis itu sangar tidak perlu dikhawatirkan; orang yang sungguh-sungguh untuk membunuh diri biasanya tidak agresif). Adalah tidak wajar dan secara moral tidak tepat untuk membiarkan dia diperas, juga kalau kita mau diperas atas nama kebaikan kita sendiri.

Yang kedua, kita jangan sampai membiarkan diri terlantar, kita mempunyai kewajiban bukan hanya terhadap orang lain, melainkan juga terhadap diri kita sendiri. Kita wajib untuk mengembangkan diri. Membiarkan diri terlantar berarti bahwa kita menyia-nyiakan bakat-bakat dan kemampuan-kemampuan yang dipercayakan kepada kita. Sekaligus kita dengan demikian menolak untuk memberikan sumbangan kepada masyarakat yang boleh diharapkannya dari kita.

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1 Kesimpulan

 

            Memiliki prinsip moral bagi setiap orang adalah suatu kewajiban karena disaat seseorang telah memiliki prinsip moral yang kuat maka pribadi orang tersebut juga akan sama kuatnya. Orang tersebut pasti akan dengan mudah menjalin hubungan sosial dengan lingkungan disekitarnya. Karena orang tersebut dapat menghormati dirinya sendiri, menghormati orang lain, menghargai pendapat, dan saling bantu membantu dengan orang-orang disekelilingnya. Maka itu pentingnya prinsip moral untuk membangun pribadi yang kuat sangatlah dibutuhkan oleh setiap manusia agar dirinya tidak mudah terbawa oleh pengaruh buruk dari dalam maupun luar masyarakat lainnya.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Diambil dari carapedia.com: http://carapedia.com/pengertian_definisi_prinsip_info2118.html

Diambil dari pengertianahli.com: http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-moral-menurut-para-ahli.html

Diambil dari prinsip-prinsipmoral.blogspot.com: http://prinsip-prinsipmoral.blogspot.com/

 

 

 

 

 

 

 

MEMBANGUN MASYARAKAT BUDAYA

                                                                                      MEMBENTUK MANUSIA BUDAYA

 

                                                                                         Image

 

                                                                                            Nama: Fazrul El Mauludy

                                                                                                  Npm: 13113346

                                                                                                    Kelas: 1KA07

 

                                                                                          UNIVERSITAS GUNADARMA

 

 

 

 

                                                                                       KATA PENGANTAR

     

 

      Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai Membentuk Manusia Budaya. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai blog yang ada di internet untuk membantu menyelesaikan semua tugas selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ii

DAFTAR ISI

 

Cover………………………………………………………………  i

Kata Pengantar……………………………………………………  ii

Daftar Isi………………………………………………………….  iii

Bab 1 Pendahuluan……………………………………………… 1

                       Latar Belakang……………………………………..1

                       Rumusan Masalah………………………………….1

                       Tujuan………………………………………………1

Bab 2  Pembahasan………………………………………………2

Bab 3  Penutup……………………………………………………8

                       Kesimpula………………………………………….   8

Referensi…………………………………………………………   9

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                BAB I PENDAHULUAN

 

Latar Belakang

   Budaya pada umumnya dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Karena berkaitan dengan aktivitas manusia, maka budaya merupakan salah satu unsur yang ada dalam kehidupan bersosial. Manusia perlu ada yang namanya pembentukan kepribadian agar menjadi manusia yang berbudaya. Hal tersebut bisa terjadi pada pola piker, ideology dan kepercayaan manusia yang cenderung berbeda.

Rumusan Masalah

 1. Apa saja aspek kekuatan atau cara cara berbudaya yang baik?

  2. Apa saja aspek kelemahan dari cara berbudaya?

  3. Dan apa saja peluang yang kemungkinan bisa didapat                                                           dari kehidupan berbudaya?

 

Tujuan

 

Tujuan penulisan makalah yang saya buat adalah antara lain untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu budaya dasar. Selain dengan tujuan tersebut, tujuan saya yang lebih detail adalah untuk memberitahukan kepada masyarakat cara bermasyarakat yang baik agar wawasan masyarakat bertambah tentunya..

 

 

 

 

 

 

 

 

1

                                                                                      BAB 2 PEMBAHASAN

Pengertian Budaya

Budaya adalah suatu kegiatan rutinitas yang dilakukan berulang-ulang setiap harinya pada sebuah kelompok dan diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya. Dan budaya juga terbentuk dari berbagai unsur salah satunya yaitu dari Politik, Agama, dan Adat Istiadat disetiap daerah dari berbagai penjuru dunia. Tidak hanya itu saja mulai dari cara berpakaian, musik, tarian, makanan, tempat tinggal (rumah) yang ditempati, dan juga bahasa yang kita digunakan sehari-hari. Dan seperti yang kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan terlepas dari beberapa hal tersebut yaitu dari bahasa yang digunakan sehari-hari, desain rumah yang digunakan pada suatu daerah tertentu, cara berpakaian yang berbeda-beda pada setiap daerah. Ada pun juga beberapa masyarakat yang kesulitan akan memahami kebudayaan lain saat mengunjungi suatu daearah yang berbeda, terutama di negara Indonesia yang terkenal dengan berbagai macam kebudayaan yang terdapat didalamnya. Jadi tidak heran semua masyarakat di Indonesia memahami atau mengerti disuatu wilayah dengan kebudayaan yang berbeda-beda.

Dalam aktifitas sehari-hari kebudayaan tak akan lepas dengan hubungan masyarakat dan Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski menamakan hal tersebut dengan istilah Cultural-Determinism yang artinya segala sesuatu yang ada dalam masyarakat itu ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Ada pun yang beberapa pendapat lainnya yaitu :

·        Herskovits memandang suatu kebudayaan sebagai segala sesuatu yang bersifat turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

 

 

2

·        Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mencakup dari beberapa aspek kehidupan yaitu: sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain.

·        Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

·        Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

2.2     Komponen Biaya

Ada pun beberapa komponen dalam budaya di antaranya yaitu :

·        Material

Dalam komponen ini mengarah pada sebuah benda atau segala hal yang nyata di ciptakan oleh manusia (konkret). Komponen ini berupa barang-barang yang digunakan oleh manusia pada setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti rumah, pakaian dsb.

·        Non material

Pada aspek ini kebudayaan non material berupa buatan manusia yang sifatnya abstrak yang di wariskan dari generasi ke generasi, dan kebudayaan non materi ini bias juga di dapatkan dari sekolah karena yang di maksud non material itu seperti cerita-cerita (sejarah) pada suatu daerah, dongeng, maupun lagu tradisional.

·        Lembaga sosial
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat.

 

 

3

 Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier

·        Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.

·        Estetika

Estetika budaya merupakan suatu tingkah laku atau tradisi yang dilakukan pada masyarakat di daerah itu sendiri, seperti di Indonesia pada setiap daerahnya memiliki suatu estetika budaya yang berbeda-beda misalnya dalam seni budaya, musik, dongeng, dan tari-tarian.

·        Bahasa

Bahasa juga disebut budaya, disamping itu karena bahasa juga digunakan untuk berkomunikasi dalam aktifitas sehari-hari, terutama di Indonesia terdapat 746 bahasa daerah yang tersebar dari sabang sampai marauke. Tidak hanya di Indonesia saja diberbagai negara lainnya pun demikian, menggunakan bahasa untuk memudahkan berbagai macam aktifitas dalam sehari-hari. Dan juga bahasa memiliki sifat unik dan komplek, karena hanya dapat dimengerti oleh masyarakat sekitar saja atau dalam satu lingkup daerah saja, jadi belum tentu masyarakat yang tinggalnya berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya itu bias mengerti dan memahami bahasa tersebut.

 

4

2.3    Hubungan Antara Manusia Dengan Budaya

Ada banyak alasan mengapa bisa dikatakan manusia itu tidak bisa dilepaskan dari suatu kebudayaan atau manusia itu selalu dihubungkan dengan kebudayaan, dan hamper setiap aktifitas yang dilakukan manusia adalah sebuah kebudayaan. Dari sehari-hari mereka melakukan berbagai rutinitas yang sama disuatu tempat kerja, sekolah, kampus, dsb. Serta dalam berbagai kebudayaan yang dilakukan pada setiap manusia dapat menerapkan suatu budaya untuk taat pada aturan yang telah ditetapkan  pada suatu tempat.

Walaupun pada awalnya ada beberapa peraturan yang dibuat untuk dipatuhi oleh manusia karena banyaknya suatu tingkah laku manusia yang tidak layak untuk dilihat atau dicontoh oleh masyarakat yang berada disekitar.  Ada pun yang diungkapkan dari para ahli antropolog yang menyatakan bahwa kebudayaan itu justru merupakan “alam manusia” dan semua manusia memiliki kemampuan untuk menyusun pengalamannya sendiri, menterjamahkan penyusunan ini secara simbolis berkat kemampuan berbicara dan mengajar paham tersebut kepada manusian lainnya. Karena manusia mendapati kebudayaan lewat proses belajar enkulturisasi dan sosialisasi, dan dari kecil sudah mengetahui apa-apa saja yang dilakukan oleh orang tuanya dalam kegiatan sehari-hari, jadi manusia akan terbiasa dengan apa yang dilihatnya dan melakukannya secara berulang-ulang. Orang yang tinggal di tempat yang berbeda atau keadaan yang berbeda, mengembangkan kebudayaan yang berbeda. Para antropolog juga mengemukakan bahwa melalui kebudayaan, orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara atau mendapatkan dari lingkungan dan pergaulan sekitar (non-genetik), sehingga orang yang tinggal di lingkungan yang berbeda sering akan memiliki kebudayaan yang berbeda.

 

5

 Teori antropologi terutama berasal dari kesadaran dan minat masyarakat akan perselisihan antara segi lokal (kebudayaan tertentu) dan global (kemanusiaan secara umum, atau jaringan hubungan antara orang di tempat atau keadaan yang berbeda) yang terdapat di suatu daerah tertentu atau dearah lainnya.

2.4    Cara Budaya Membentuk Pola Pikir Manusia

Manusia memiliki cara pandang yang berbeda sesuai dengan apa yang mereka dapat dari kebudayaan masing-masing, yang dimaksud dengan kebudayaan masing-masing itu berdasarkan asal tempat tinggal mereka, kepercayaan mereka, pandangan politik yang mereka pelajari. Sehingga tidak semua manusia itu sama dari cara berfikir mereka, maka dari itu manusia memiliki tingkah laku yang berbeda dan gaya hidup yang berbeda pula, karena manusia terbagi atas berbagai suku yang tersebar di berbagai belahan dunia dan khususnya di Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak kebudayaan.

Saat ini banyak berbagai peran manusia yang digunakan untuk mencerminkan kepribadian masing-masing, ada yang positif ada pula yang negatif, hal itu dapat di peroleh manusia dengan cara bagaimana mereka dapat menilai suatu yang baik dan buruk dan menganbil suatu keputusan yang tepat dalam memilih suatu tindakan yang akan di kerjakan nantinya. Seperti sekarang banyak kasus yang terjadi akibat ulah manusia itu sendiri, ada yang bernilai positif dan negatif itu tergantung bagaimana cara masyarakat membentuk suatu kebudayaan masing-masing. Sebagai contohnya banyak masyarakat melakukan suatu kegiatan positif pada setiap minggu di daerah sekitar rumahnya dengan cara melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan untuk kepentingan bersama-sama, hal tersebut di katakan sebagai kebudayaan karena sudah menjadi rutinitas mereka pada setiap pecan untuk berjanji membuat suatu kegiatan dan membuat suatu tata tertib dalam lingkungannya.

6

Dan juga ada beberapa masyarakat yang membentuk suatu kebudayaan buruk di lingkungan atau di dearahnya, karena beberapa masyarakat yang kurang peduli akan keadaan dan situasi lingkungannya. Hal ini menyebabkan timbulnya sebuah konflik yang ada di lingkungan sekitar seperti pertengkaran antar tetangga atau peperangan antar daerah yang menimbulkan perpecahan darah antara satu sama lainnya, dan tidak peduli dengan anak sendiri yang tidak melihat bagaimana perkembangan anaknya hingga tumbuh menjadi anak yang tidak bermoral dan tidak patut di contoh untuk anak seusianya. Hal seperti ini juga dikarenakan sifat orang tua yang keras tidak memandang anaknya hingga nantinya anak tersebut akan mencontoh sifat dan karakter orang tuanya, karena hal tersebut di nilai baik. Saat ini marak sekali terjadinya berbagai perpecahan khususnya antara pelajar, hal tersebut di karenakan tumbuhnya suatu kebudayaan yang buruk di dalam lingkungannya.

Sifat kepedulian antar sesama manusia itu memang sangat penting untuk saling menjaga dan saling menghormati satu sama lain dalam menjalin sautu hubungan yang erat agar tidak menimbulkan suatu konflik, karena ada beberapa manusia yang tidak dapat menerima suatu unsur budaya dari daerah lain yang timbul perbedaan hal seperti ini sangat berbahaya untuk di lihat khususnya kepada generasi muda, karena ketidakpahaman suatu budaya lain dan kurangnya pemahaman suatu budaya berbeda yang belum pernah di lihat sampai saat ini.

 

 

 

 

7

 

                                                                                     BAB 3 PENUTUP

 

KESIMPULAN

manusia memang tidak akan terlepas dari suatu kebudayaan. Dan kebudayaanlah yang membentuk suatu pola pikir manusia, dan suatu kebudayaan itu tidak hanya di dapatkan hanya dari daerah asal manusia itu lahir, dan tinggal untuk hidup di sana. Akan tetapi sebuah kebudayaan itu juga bisa di dapatkan melalui pergaulan dan lingkungan yang di singgahi, dari situlah manusia dapat menilai suatu keputusan yang tanggapi untuk menjadi suatu patokan hidup.

Manusia pada dasarnya berbeda yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan pada kehidupan bersosialisasi, pembentukan kepribadian pada setiap individu sangatlah diperlukan agar setiap manusia punya cara tersendiri bagaimana cara berbudaya dengan baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

8

                                                                                   

                                                                                 REFERENSI

Prasetya, Joko Tri., Drs. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : PT Rineka Cipta

Yoeti, Oka A. 1985. Budaya Tradisional yang Nyaris Punah. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan

 

http://missite11.blogspot.com/2014/04/ibd-menumbuhkan-budaya-lokal-dalam.html

http://annisamutia22.blogspot.com/2014/05/ilmu-budaya-dasar-membentuk-manusia.html

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

9

 

Pengembangan Budaya Lokal di Perguruan Tinggi

PENGEMBANGAN BUDAYA LOKAL DI PERGURUAN TINGGI

 Image

Nama: Fazrul El Mauludy

Npm: 13113346

Kelas: 1KA07

UNIVERSITAS GUNADARMA

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai Pengembangan Budaya Lokal di Perguruan Tinggi. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai blog yang ada di internet untuk membantu menyelesaikan semua tugas selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………i

Kata Pengantar…………………………………………………… ii

Daftar Isi…………………………………………………………. iii

Bab 1 Pendahuluan……………………………………………… 1

Latar Belakang……………………………………………. 1

Rumusan Masalah………………………………………… 1

Tujuan……………………………………………………….. 1

Bab 2 Pembahasan……………………………………………… 2

Bab 3 Penutup…………………………………………………… 3

Kesimpulan…………………………………………………3

Referensi………………………………………………………… 4

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu masalah utama dalam bidang pendidikan dan kebudayan adalah masalah identitas kebangsaan. Dengan derasnya arus globalisasi dikhawatirkan budaya bangsa, khususnya budaya lokal akan mulai terkikis. Budaya asing kini kian mewabah dan mulai mengikis eksistensi budaya lokal yang sarat makna. Agar eksistensi budaya lokal tetap kukuh, maka diperlukan pemertahanan budaya lokal.

Rumusan Masalah

Apa yang harus dilakukan perguruan tinggi dalam mengembangkan budaya Indonesia?

Tujuan

Agara mahasiswa mengetahui pentingnya mengembangkan budaya lokal

1

BAB 2 PEMBAHASAN

Setiap perguruan tinggi seharusnya bertanggung jawab untuk mengembangkan kebudayaan lokal di masing-masing daerah tempatnya berada. Pengembangan kebudayaan tersebut juga harus melibatkan atau bekerja sama dengan media. Upaya ini penting dilakukan untuk mempertahankan kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Perguruan tinggi yang baik harus memiliki misi untuk mengembangkan pendidikan dan kebudayaan, pengembangan pendidikan dan kebudayaan bahkan tidak boleh dipisahkan. Pengembangan kebudayaan/kesenian daerah juga perlu melibatkan kerja sama dengan media massa dan elektronik. Dengan demikian, kebudayaan daerah bisa diapresiasi oleh publik dan mendapat perhatian dari pemerintah dan pengusaha. Terkait dengan kesenian wayang Ada juga inovasi terbaru dengan kesenian tersebut harus beradaptasi dengan teknologi animasi agar dapat diterima oleh kalangan generasi muda, tetapi juga tidak kehilangan filosofinya untuk menyampaikan pesan yang baik.

2

BAB 3 PENUTUP

KESIMPULAN

Setiap perguruan tinggi seharusnya bertanggung jawab untuk mengembangkan kebudayaan lokal di masing-masing daerah tempatnya berada. Pengembangan kebudayaan tersebut juga harus melibatkan atau bekerja sama dengan media. Upaya ini penting dilakukan untuk mempertahankan kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional.

3

REFERENSI

http://www.ugm.ac.id/id/berita/607-perguruan.tinggi.harus.kembangkan.budaya.lokal (Selasa, 21 Juli 2009)

http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/306 (Bandung, 5–7 Agustus 2009)

4

 

Konstribusi Budaya Lokal Pada Seni Budaya Indonesia

KONSTRIBUSI BUDAYA LOKAL PADA SENI BUDAYA INDONESIA

 

 Image

Nama: Fazrul El Mauludy

NPM: 13113346

Kelas: 1KA07

 

 

 

 

 

UNIVERSITAS GUNADARMA

 

KATA PENGANTAR

     

 

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai konstribusi budaya local pada seni budaya indonesia. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai blog yang ada di internet untuk membantu menyelesaikan semua tugas selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1

 

 

DAFTAR ISI

 

Cover………………………………………………………………  i

Kata Pengantar……………………………………………………   ii

Daftar Isi…………………………………………………………… iii

Bab 1 Pendahuluan……………………………………………….   1

          Latar Belakang……………………………………………..   1

          Rumusan Masalah…………………………………………    1

          Tujuan………………………………………………………….. 1

Bab 2  Pembahasan………………………………………………   2

Bab 3  Penutup……………………………………………………   4

          Kesimpula……………………………………………………. 4

Referensi…………………………………………………………   5

 

 

 

 

 

 

 

1

BAB I PENDAHULUAN

 

Latar Belakang

  Penghargaan pada budaya dan seni tradisi lokal menunjukkan penghargaan sebuah bangsa pada sejarah sekaligus identitas kebangsaannya sendiri. Dalam konteks Indonesia, penghargaan pada budaya dan seni tradisi lokal ini menghadapi problem yang cukup pelik. Beberapa kasus akuisisi seni tradisi masyarakat Indonesia oleh Malaysia selama sepuluh tahun terakhir, misalnya angklung, reog ponorogo, batik, dan lagu Rasa Sayange, menunjukkan adanya permasalahan eksistensi dan kebanggaan atas budaya lokal yang sangat mendesak.

 

Rumusan masalah

Apa saja yang dilakukan masyarakat Indonesia dalam mengembangkan budaya lokal?

 

Tujuan

Agar mahasiswa lebih mengetahui pengaruh budaya lokal yang ada di Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

2

BAB 2 PEMBAHASAN

 

        Manusia adalah mahluk budaya, maka kebudayaan dapat didefinisikan sebagai hasil pengungkapan diri manusia ke dalam materi sejauh diterima dan dimiliki oleh suatu masyarakat dan menjadi warisanya. Manusia harus menciptakan suatu kebudayaan, sebab tanpa kebudayaan ia mahluk yang tidak berdaya, yang menjadi korban dari keadaanya yang tidak lengkap dan naluri-nalurinya tidak terpadu. Manusia mempunyai individualism yang menyebabkan berbeda dengan mahlk lainya. Ini juga berlaku bagi kelompok-kelompok manusia , suku-suku , dan sebagainya. Itulah sebabnya mengapa kebudayaan yang diciptakan oleh manusia beranekaragam.

 

        Adapun  berbagai cara yang dilakukan masyarakat Indonesia untuk mengembangkan budaya lokal Indonesia

 

  • Mengadakan pameran budaya

Pameran yang di adakan oleh sekelempok organisasi yang memamerkan budaya ke negara lain, hal ini bisa menjadikan bahwa negara kita mempunyai kebudayaan yang beragam. Karena perkembngan IPTEK sangat pesat kita juga dapat melakukan melalui website atau lainnya, agar kebudayaan bangsa Indonesia dapat dikenal dan diketahui oleh bangsa lain tanpa berkunjung ke Negara Indonesia.

 

  • Banyaknya objek wisata yang dimiliki Indonesia.

Pariwisata adalah salah satu objek wisata alternatif yang sangat di minati oleh masyarakat dan turis yang ingin berlibur saat libur tiba. Wisata pun tidak hanya menyuguhkan pemainan, ataupun penglihatan semata, tetapi wisata juga menyuguhkan budaya yang kita miliki di tiap daerah yang berada di daerah tersebut.

3

 

 

  • Warisan budaya diakui oleh dunia

Dengan di akuinya warisan budaya kita oleh dunia, maka bisa dikatakan bawha negara kita memiliki budaya yang beragam dan tidak ditiru atau pun di akuai oleh negara lain, hanya tinggal dari kita sendiri yang mulai melestarikan dan membangun budaya agar tidak punah.

 

  • Generasi muda yang cinta pada kebudayaan Indonesia dan penuh kreatifitas

Melalui berkembangnya IPTEK generasi muda ini dapat memperkenalkan budaya kita yang beraneka ragam, mamadukan kebudayaan atau bahkan menimbulkan kebudayaan baru sperti kedisiplinan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4

PENUTUP

 

Kesimpulan

   Menjaga kebudayaan bangsa berarti dapat mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Dengan cara mengenali kelemahan-kelemahan dan tantangan dalam meningkatkan daya saing budaya, maka dapat diambil berbagai langkah koreksi yang diperlukan. Dengan meningkatkan jati diri budaya lokal, berarti secara tidak langsung dapat meningkatkan budaya, dan demikian pun sebaliknya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5

 

Referensi

Buku : Ilmu Budaya Dasar (penerbit PT Prenhallindo, Jakarta)

http://ekotrickfutsal.blogspot.com/2011/11/kontribusi-pemerintah-dan-masyarakat.html(Rabu, 23 November 2011)

http://budayalokal.communication.uii.ac.id/profil/

Peran Agama Dalam Pembangunan Budaya Lokal

PERAN AGAMA DALAM PEMBANGUNAN BUDAYA LOKAL

Image

Nama: Fazrul El Mauludy

Npm: 13113346

Kelas: 1KA07

UNIVERSITAS GUNADARMA

KATA PENGANTAR

 

 

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai Peran Agama Dalam Pengembangan Budaya Lokal. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai blog yang ada di internet untuk membantu menyelesaikan semua tugas selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………… i

Kata Pengantar…………………………………………………… ii

Daftar Isi…………………………………………………………. iii

Bab 1 Pendahuluan……………………………………………… 1

Latar Belakang……………………………………..1

Rumusan Masalah………………………………….1

Tujuan………………………………………………1

Bab 2 Pembahasan………………………………………………2

Bab 3 Penutup……………………………………………………5

Kesimpula…………………………………………. 5

Referensi………………………………………………………… 6

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Islam di Indonesia disebut sebagai suatu entitas karena memiliki karakter yang khas yang membedakan Islam di daerah lain, karena perbedaan sejarah dan perbedaan latar belakang geografis dan latar belakang budaya yang dipijaknya. Selain itu, Islam yang datang ke sini juga memiliki strategi dan kesiapan tersendiri antara lain: Pertama, Islam datang dengan mempertimbangkan tradisi, tradisi berseberangan apapun tidak dilawan tetapi mencoba diapresiai kemudian dijadikan sarana pengembangan Islam. Kedua, Islam datang tidak mengusik agama atau kepercayaan apapun, sehingga bisa hidup berdampingan dengan mereka. Ketiga, Islam datang mendinamisir tradisi yang sudah usang, sehingga Islam diterima sebagai tradisi dan diterima sebagai agama. Keempat, Islam menjadi agama yang mentradisi, sehingga orang tidak bisa meninggalkan Islam dalam kehidupan mereka.

Rumusan Masalah

  1. Bagaimana hubungan agama Islam dengan budaya lokal ?

  2. . Apa fungsi agama terhadap perkembangan dan perubahan budaya ?

Tujuan

Agar mahasiswa lebih mengetahui pengaruh-pengaruh agama yang ada di Indonesia terhadap kebudayaan Indonesia.

1

BAB 2 PEMBAHASAN

1. HUBUNGAN ISLAM DENGAN BUDAYA LOKAL

Islam dipandang sebagai agama sekaligus peradaban. Pada periode islam pertengahan awal 945-1258 peradan islam berkembang menjadi peradaban internasional yang menyebar keluar batas wilayah irano-semitik. Agama Islam membiarkan kearifan lokal dan produk-produk kebudayaan lokal yang produktif dan tidak mengotori aqidah untuk tetap eksis. Jika memang terjadi perbedaan yang mendasar, agama sebagai sebuah naratif yang lebih besar bisa secara pelan-pelan menyelinap masuk ke dalam “dunia lokal” yang unik tersebut. Mungkin untuk sementara akan terjadi proses sinkretik, tetapi gejala semacam itu sangat wajar, dan in the long run, seiring dengan perkembangan akal dan kecerdasan para pemeluk agama, gejala semacam itu akan hilang dengan sendirinya.

Para ulama salaf di Indonesia rata-rata bersikap akomodatif. Mereka tidak serta merta membabat habis tradisi. Tidak semua tradisi setempat berlawanan dengan aqidah dan kontra produktif. Banyak tradisi yang produktif dan dapat digunakan untuk menegakkan syiar Islam. Lihat saja tradisi berlebaran di Indonesia. Siapa yang menyangkal tradisi itu tidak menegakkan syiar Islam? Disamping Ramadan, tradisi berlebaran adalah saat yang ditunggu-tunggu. Lebaran menjadi momentum yang mulia dan mengharukan untuk sebuah kegiatan yang bernama silaturrahim. Apalagi dalam era globalisasi dimana orang makin mementingkan diri sendiri. Dalam masyarakat Minangkabau misalnya, tradisi telah menyatu dengan nilai Islam. Lihat kearifan lokal mereka: Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah “adat bersendikan hukum Islam, hukun Islam bersendikan Al Quran.” Dalam tradisi lisan Madura juga dikenal abantal omba’, asapo’ iman yang bermakna bekerja keras dan senantiasa bertakwa.

Islam tidak pernah membeda-bedakan budaya rendah dan budaya tinggi, budaya kraton dan budaya akar rumput yang dibedakan adalah

2

tingkat ketakwaannya. Disamping perlu terus menerus memahami Al Quran dan Hadist secara benar, perlu kiranya umat Islam merintis

cross cultural understanding (pemahaman lintas budaya) agar kita dapat lebih memahami budaya bangsa lain.

Meluasnya Islam ke seluruh dunia tentu juga melintas aneka ragam budaya lokal. Islam menjadi tidak “satu”, tetapi muncul dengan wajah yang berbeda-beda. Hal ini tidak menjadi masalah asalkan substansinya tidak bergeser. Artinya, rukun iman dan rukun Islam adalah sesuatu yang yang tidak bisa di tawar lagi. Bentuk masjid kita tidak harus seperti masjid-masjid di Arab. Atribut-atribut yang kita kenakan tidak harus seperti atribut-atribut yang dikenakan bangsa Arab. Festival-festival tradisional yang kita miliki dapat diselenggarakan dengan menggunakan acuan Islam sehingga terjadi perpaduan yang cantik antara warna Arab dan warna lokal. Lihat saja, misalnya, perayaan Sekaten di Yogyakarta, Festival Wali Sangan, atau perayaan 1 Muharram di banyak tempat.

Dalam benak sebagian besar orang, agama adalah produk langit dan budaya adalah produk bumi. Agama dengan tegas mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia. Sementara budaya memberi ruang gerak yang longgar, bahkan bebas nilai, kepada manusia untuk senantiasa mengembangkan cipta, rasa, karsa dan karyanya. Tetapi baik agama maupun budaya difahami (secara umum) memiliki fungsi yang serupa, yakni untuk memanusiakan manusia dan membangun masyarakat yang beradab dan berperikemanusiaan.

 

2. FUNGSI AGAMA TERHADAP PERKEMBANGAN DAN PERUBAHAN BUDAYA

Dalam konteks sosial, hubungan fungsional antara agama dan masyarakat sejauh menekankan aspek-aspek yang rasional dan humanis, atau sosial karitatif dalam masyarakat, dapat disebut sebagai suatu historical force yang turut menentukan perubahan dan perkembangan masyarakat.

3

Dalam hubungan ini, dapat dikatakan bahwa agama mampu menjadi katalisator pencegah terjadinya disintegrasi dalam masyarakat. Dan lebih dari itu, dengan kekuatan yang dimilikinya, agama dapat diharapkan membangun spiritualitas yang memberi kekuatan dan pengarahan dalam memecahkan segala problem sosial, mengatasi rasa frustrasi sosial, penindasan dan kemiskinan. Sosiolog Peter L Berger (1991) mengemukakan hal yang sama, bahwa agama merupakan sistem simbolik yang memberikan makna dalam kehidupan manusia yang bisa memberikan penjelasan secara meyakinkan, serta paling komprehensif tentang realitas, tragedi sosial dan penderitaan atau rasa ketidakadilan.

Memahami agama sebagai gejala kebudayaan tentu bersifat kontekstual, yakni memahami fenomena keagamaan sebagai bagian dari kehidupan sosial kultural. Dalam hal ini agama dikembalikan kepada konteks manusia yang menghayati dan meyakininya, baik manusia sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Dalam setiap agama, tentu diajarkan nilai-nilai yang melahirkan norma atau aturan tingkah laku para pemeluknya, walaupun pada dasarnya sumber agama itu adalah nilai-nilai transenden. Keyakinan religius demikian, yang oleh Berger dikatakan dapat membentuk masyarakat kognitif, memberi kemungkinan bagi agama untuk berfungsi menjadi pedoman dan petunjuk bagi pola tingkah laku dan corak sosial. Di sinilah agama dapat dijadikan sebagai instrumen integratif bagi masyarakat. Karena agama tidak berupa sistem kepercayaan belaka, melainkan juga mewujud sebagai perilaku individu dalam sistem sosial.

Intelektual seperti Soedjatmoko (1984) juga mengakui agama menjadi penggerak dan pemersatu masyarakat secara efektif. Karena, agama lebih dari ideologi sekuler mana pun, merupakan sistem integrasi yang menyeluruh. Agama mengandung otoritas dan kemampuan pengaruh untuk mengatur kembali nilai-nilai dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai masyarakat. Dengan demikian, fungsi sosial agama adalah memberi kontribusi untuk mewujudkan dan mengekalkan suatu orde sosial (tatanan kemasyarakatan).

4

Secara sosiologis memang tampak ada korelasi positif antara agama dan integrasi masyarakat; agama merupakan elemen perekat dalam realitas masyarakat yang pluralistik.

BAB 3 PENUTUP

KESIMPULAN

Islam masuk ke Indonesia dengan penuh kedamaian dan diterima dengan tangan terbuka, tanpa prasangka sedikitpun. Bersama agama Hindu dan Budha, Islam memperkenalkan civic culture atau budaya bernegara kepada masyarakat di negri ini. Para wali menyebarkan dan memperkenalkan Islam melalui pendekatan budaya. Sejalan dengan perkembangan budaya dan pola berpikir masyarakat yang materialistis dan sekularis, maka nilai yang bersumberkan agama belum diupayakan secara optimal. Agama dipandang sebagai salah satu aspek kehidupan yang hanya berkaitan dengan aspek pribadi dan dalam bentuk ritual, karena itu nilai agama hanya menjadi salah satu bagian dari sistem nilai budaya; tidak mendasari nilai budaya secara keseluruhan.

5

REFERENSI

Buku: agama dan plutitas budaya lokal | penerbit pusat budaya dan perubahan sosial.

harryromanisti.files.wordpress.com/..

http://mambaulhikaminduk.blogspot.com/2012/03/peran-agama-dalam-perkembangan-budaya.html (jum’at 23 Maret 2012)

6

 

KESIMPULAN BAB 1 – BAB 10

BAB 1. Pengantar Ilmu Sosial Dasar
Ilmu sosial dasar (ISD) adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah sosial dan digunakan untuk pendekatan dalam pemecahan masalah-masalah sosial. Ilmu sosial dasar ini  dipelajari di pendidikan tinggi agar para mahasiswa/mahasiswi diharapkan dapat :
1.     Mempelajari dan menyadari adanya berbagai masalah kependudukan dalam hubungan dan perkambangan masyarakat dan kebudayaan.
2.    Mempelajari dan menyadari masalah-masalah individu, keluarga dan masyarakat.
3.    Mengkaji masalah-masalah kependudukan dan sosialisasi serta menyadari identitasnya sebagai pemuda dan mahasiswa.
4.    Mempelajari hubungan atara warga Negara dan Negara.
5.    Mempelajari hubungan antara pelapis social dan persamaan derajat.
6.    Mempelajari masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan.
7.    Mempelajari dan menyadari adanya pertentangan-pertentangan social bersamaan dengan adanya integrasi masyarakat.
8.    Mempelajari usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh manusia untuk memanfaatkan kemakmuran dan pengurangan kemiskinan.
Ilmu Sosial Dasar bukan suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, tetapi suatu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan masalah-masalah yang terwujud di kehidupan bermasyarakat. Istilah pengetahuan mempunyai pengertian yang menunjukkan adanya kelonggaran dalam batas dan kerangka berpikir dan penalaran, maka istilah ilmu pengetahuan telah digunakan karena mencakup suatu pengertian berpikir dan penalaran yang mempunyai suatu kerangka pendekatan mengenai masalah-masalah yang menjadi sasaran perhatiannya.
Adapun yang menjadi sasaran perhatian adalah:
> Berbagai kenyataan yang bersama-sama merupakan masalah sosial yang dapat ditanggapi dengan pendekatan sendiri maupun sebagai pendekatan gabungan.
> Adanya keanekaragaman golongan dan kesatuan sosial lain dalam masyarakat yang masing-masing mempunyai kepentingan kebutuhan serta pola-pola pemikiran dan pola-pola tingkah laku sendiri, karena banyaknya perbedaan menyebabkan adanya pertentangan maupun hubungan setia kawan dan kerja sama dalam masyarakat kita.
Dengan begitu mata kuliah Ilmu sosial dasar adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengetahuan umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial agar daya tanggap, persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial dapat ditingkatkan sehingga kepekaan mahasiswa pa lingkungan sosialnya menjadi lebih besar.
 
BAB 2. Penduduk, Masyarakat, dan Kebudayaan
Perkembangan penduduk di dunia setiap tahun semakin bertambah,  hal ini disebabkan karena tingkat kelahiran (natalitas)  yang tinggi serta karena adanya migrasi.  Pertumbuhan penduduk di dunia ini makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya. Dengan begitu, maka bertambahlah sistem mata pencaharian hidup menjadi lebih kompleks. Dengan  tingkat kelahiran yang tinggi di suatu Negara/wilayah juga menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. Tidak semua Negara/wilayah memiliki taraf kehidupan yang baik dalam segala aspek seperti dibidang ekonomi, sosial,budaya, dll namun masyarakat yang menempati  wilayah tersebut  menginginkan kehidupan yang lebih baik oleh karena itu masyarakat tersebut melakukan migrasi yaitu perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional) atau melakukan urbanisasi (Perpindahan penduduk perdesaan ke perkotaan)  maupun transmigrasi (pemindahan dan perpindahan penduduk dari suatu daerah untuk menetap ke daerah lain dengan tujuan utama transmigrasi adalah menyebarkan penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang kurang padat).
Di era globalisasi ini, kebudayaan dan Kepribadian di Indonesia sudah banyak di pengaruhi oleh kebudayaan barat contohnya di jaman sekarang makanan fast food mudah  ditemui, dari bidang fashion model-model baju di Indonesia juga banyak yang dipengaruhi oleh kebudayaan barat, berkembangnya agama Kristen, Budha, dll itu semua merupakan dampak globalisasi. Namun, kita sebagai orang Indonesia tidak boleh melupakan kebudayaan asli Indonesia dan kita juga harus pandai memilah mana yang baik dan buruk dalam menerima pengaruh dari budaya asing yang masuk ke Indonesia.
 

BAB 3. Individu, Keluarga, dan Masyarakat

Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr. A. Lysen. Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri.
Keluarga adalah unit / satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam hubungannya dengan perkembangan individu sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.
Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan- pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu.
 1.      FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi biologis :
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Psikologis :
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga

3. Fungsi sosialisasi :
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi ekonomi :
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua)

5. Fungsi pendidikan :
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

Masyarakat dinyatakan sebagai sekelompok manusia dalam suatu kebersamaan hidup dan dengan wawasan hidup yang bersifat kolektif, yang menunjukkan keteraturan tingkah laku warganya guna memenuhi kebutuhan dan kepentingan masing-masing. Memiliki kenyataan dilapangan, suatu masyarakat bisaberupa suatu suku bangsa, bisa juga berlatar belakang dari berbagai suku.
Seorang individu akan memiliki kepribadian yang baik apabila keluarga dari individu mendidik dan memberi pengaruh yang yang baik juga terhadap individu tersebut. Dengan kepribadian yang baik yang dimiliki oleh individu tersebut  maka individu tersebut akan lebih mudah melakukan interaksi dengan masyarakat yang ada disekitarnya dan menjadi seorang yang aktif dalam bermasyarakat. Karena guru yang membentuk kepribadian seorang inidividu adalah dari keluarga kemudian masyarakat.
 
BAB 4. Pemuda dan Sosialisasi
Pemuda adalah generasi penerus dari generasi terdahulu. Anggapan itu merupakan beban moral yang ditanggung bagi pemuda untuk memenuhi tanggung jawab yang diberikan generasi tua. Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengaruh yang besar pula dalam membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat. Proses demikian itu bisa disebut dengan istilah sosialisasi, proses sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi.Proses sosialisasi akan berlangsung saat pemuda beranjak dewasa dan proses sosialisasi dapat memberikan dampak positif dan dampak negative bagi pemuda. Apabila proses sosialisasi sesuai dengan norma-norma akan membentuk kepribadian suatu individu yang baik dan kelak bisa menjadi generasi penerus bangsa.  
 
BAB 5. Warga Negara dan Negara
    Warga negara adalah orang yang tinggal di suatu negara dengan keterkaitan hukum dan peraturan yang ada dalam negara tersebut serta diakui oleh negara, baik warga asli negara tersebut atau pun warga asing dan negara tersebut memiliki ketentuan kepada siapa yang akan menjadi warga negaranya. Sedangkan Negara adalah suatu wilayah dimana didalamnya terdapat kumpulan masyarakat yang memiliki kekuasaan politik, ekonomi, militer, dan budaya. Sebuah Negara biasanya dipimpin oleh yang namanya pemerintah. Pemerintah merupakan penguasa tertinggi dalam suatu wilayah yang disebut negara.
 
BAB 6. Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat
Pelapisan sosial di Indonesia terjadinya dengan sendirinya yaitu proses  yang berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu sifat yang tanpa disengaja inilah yang membentuk lapisan dan dasar dari pada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat dimana sistem itu berlaku. Hal itu terwujud berbagai bentuk sebagai berikut: 
·    Adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan pembedaan-pembedaan hak dan kewajiban
·   Adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki hak-hak istimewa
·      Adanya pemimpin yang saling berpengaruh
·     Adanya orang-orang yang dikecilkan diluar kasta dan orang yang diluar perlindungan hukum
·     Adanya pembagian kerja di dalam suku itu sendiri 
·   Adanya pembedaan standar ekonomi dan didalam ketidaksamaan ekonomi itu secara umum
Sedangkan Kesamaan derajat adalah sifat perhubungan antara manusia dengan lingkungan masyarakat umumnya timbal balik artinya orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah negara. Dan kesamaan juga diatur didalam UUD 1945.
 
BAB 7. Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
   Masyarakat kota adalah sekumpulan orang yang hidup dan bersosialisasi di daerah yang mungkin bisa dikatakan lebih maju dan lebih modern dan mudah untuk mendapatkan suatu hal yang dicita-citakan . Karena masyarakat kota memiliki tingkat kegengsian yang sangat tinggi sehingga sulit untuk menemukan rasa solidaritas yang tinggi maka dari itu masyarakat kota lebih cenderung individualis, serta tingkat pemikiran, pergaulan dan pekerjaan yang hampir dapat dipastikan berbeda dengan masyarakat di desa .
    Masyarakat desa adalah sekumpulan orang yang hidup dan bersosialisasi di daerah yang memiliki keadaan yang sangat berbeda dengan masyarakat kota. Karena  desa adalah kebalikan dari kota, tingkat solidaritas yang masih sangat tinggi , serta tingkat kegengsian yang sedikit , serta tingkat kekeluargaan yang masih ada, pergaulan, pemikiran, serta pekerjaan yang berbeda dengan kota.  
    Masyarakat kota terkadang memikirkan kegengsian yang sangat tinggi, karena mereka ingin memiliki sesuatu tanpa melihat apa yang sesuai ia miliki, sedang untuk masalah solidaritas, kota terkadang memikirkan individu mereka saja. Pemikiran yang berbeda dengan desa, pergaulan dikota yang sangat rawan bisa dikatakan sangat bebas, dan banyak ditemukan di  banyak daerah,
     Pekerjaan dikotapun bisa dikatakan sangat mudah ditemukan apabila kita mempunyai kemampuan yang diinginkan dunia usaha, karena berbagai macam pekerjaan terdapat di kota, rasa nyaman, tentram, dan damaipun sulit untuk ditemukan karena di kota cenderung bising karena kendaraan atau suara pabrik-pabrik besar, tempat yang hijau dan sejukpun sulit ditemukan, karena di kota sudah jarang sekali adanya pohon sebagai penghasil oxygen.
    Masyarakat desa tidak memikirkan kegensian tetapi justru memiliki tingkat rasa kekeluargaan yang tinggi, dalam model pemikiranpun tidak semodern masyarakat kota, karena dibatasi dengan pekerjaan yang menjadi faktor utama dalam mencukupi kebutuhan hidup, karena desa bisa dikatakan hanya berisi dari kegiatan pertanian yang manjadi pekerjaan dan sumber utama untuk memenuhi kelangsungan hidup mereka, dalam hal kenyamanan hidup, desa memiliki nilai yang sangat baik, karena desa memiliki nilai dari sektor daerah, tidak dapat dipungkiri lagi daerah desa sangat nyaman dan tentram, damai, sejahtera, serta daerahnya pun dihiasi oleh pemandangan yang masih indah dan asri.

Ciri masyarakat perkotaan :
1. Lebih padat
2. Heterogen
3. Mobilitasnya tinggi
4. Lebih menghargai waktu (tidak tergantung pada alam)
5. Daya saing (kompetisi) yang tinggi dan menimbulkan individualistik.

Ciri masyarakat pedesaan :
1. Lebih longgar
2. Homogen
3. Pola hidup sederhana
4. Tergantung pada alam
5. Hubungan antar warganya lebih mendalam

 
BAB 8. Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya, sama halnya dengan konflik. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Banyak rakyat dan pemimpin negara yang mempunyai argumen masing-masing untu kepentingannya. Namun Kadang juga secara terioristis, perbedaan kepentingan dapat menimbulkan masalah yang besar bagi orang yang melakukanya. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi. Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres. Ada pun dibawah ini yang merupakan bagian dari faktor penyebab konflik :
1.     Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
2.    Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
3.    Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
4.    Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Namun dibalik konflik tersebut terdapat sebuah Lubang hitam yang begitu besar yang bisa menghantui siapa saja , dibawah ini merupakan akibat dari konflik :
1.     meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
2.    keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
3.    perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
Prasangka (prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu.
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ethosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.
 
BAB 9. Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan
     Ilmu Pengetahuan, yaitu: sesuatu yang secara teratur diperoleh dengan pangkal tumpuan tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif serta memiliki arti atau makna tersendiri bagi penerimanya.
       Teknologi, yaitu: sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi, menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi.
       Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
 
BAB 10. Agama dan Masyarakat
Agama merupakan salah satu prinsip yang (harus) dimiliki oleh setiap manusia untuk mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu, secara individu agama bisa digunakan untuk menuntun kehidupan manusia dalam mengarungi kehidupannya sehari-hari.
Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah :
·         Karena agama merupakan sumber moral.
·         Karena agama merupakan petunjuk kebenaran.
·         Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
·         Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.
Fungsi agama di bidang social :  dimana agama bisa membantu para anggota-anggota masyarakat dalam kewajiban social.
Fungsi agama dalam sosialisasi :  dapat membantu individu untuk menjadi lebih baik diantara lingkungan masyarakat-masyarakat yang lain supaya dapat berinteraksi dengan baik.
Fungsi agama dalam masyarakat :
Prof. Dr. H. Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Agama membantu kita memahami beberapa fungsi agama dalam masyarakat, antara lain:
1.     Fungsi Edukatif (Pendidikan).
2.    Fungsi Penyelamat.
3.    Fungsi Perdamaian.
4.    Fungsi Kontrol Sosial.
5.    Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas.
6.    Fungsi Pembaharuan.
7.    Fungsi Kreatif.
8.    Fungsi Sublimatif (bersifat perubahan emosi).
Fungsi agama dalam kehidupan manusia : Membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.
Pelembagaan agama adalah apa dan mengapa agama ada, unsur-unsur dan bentuknya serta fungsi struktur agama. Dimensi ini mengidentifikasikan pengaruh-pengaruh kepercayaan di dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh Kasus yang berkaitan dengan Agama dan Masyarakat

BAB 10
Contoh Kasus yang berkaitan dengan Agama dan Masyarakat
Kesadaran Umat Islam di Bandung dalam Beribadah Masih Lemah

Bandung – Hasil survey Pusat Data dan Dinamika Umat (PDDU) Yayasan Daarul Hikam menyebut, kesadaran dan kepatuhan umat Islam dalam beribadah di Kota Bandung masih lemah. Sebanyak 600 responden dari 50 kelurahan dan 30 kecamatan di Kota Bandung, baru 47 persen di antaranya yang melakukan salat wajib.

“Kami melakukan riset dengan kuisioner dan wawancara, hasilnya, untuk ibadah mahdhah (khusus), ghairu mahdhah (umum), dan muamalah hasilnya memprihatinkan,” kata Direktur PPDU Daarul Hikam, Sodik Mujahid, dalam ekspos profil umat Islam Kota Bandung dan Peringatan Maulid Nabi, Kamis (24/1/2013).

Sodik menyebutkan, baru 47 persen di antara responden yang melaksanakan salat wajib, 24 persen melaksanakan salat tepat waktu, 24 persen salat di mesjid, 18 persen melaksanakan salat sunat rawatib,dan 5 persen yang solat tahajud. Sementara untuk pelaksanaan zakat, kebanyakan masyarakat masih menyalurkan dengan cara sendiri dibanding dengan melalui amil (penyalur zakat).

“Baru 22 persen yang biasa mengeluarkan zakat harta, dan 83 persennya bayar zakat fitrah. Untuk penyaluran, hanya 5 persen yang melalui BAZ dan LAZIS). Sedangkan 71 persennya langsung ke masjid, panti yatim dan pengemis,” kata Sodik.

Sementara untuk puasa, baru 77 persen responden melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan, dan hanya 33 persen yang membayar utang puasa di bulan lain.

“Kemauan dan kemampuan baca Al-Quran juga memprihatinkan berdasarkan survey, baru 56 persen saja yang bisa baca, dan 26 persennya yang mengerti tajwid,” ungkapnya.

Lebih lanjut Sodik mengungkapkan, selama ini di Bandung belum ada basis data untuk pelaksanaan dakwah. Diharapkan data ini bisa menjadi awal dari pembenahan dakwah di Kota Bandung.

Tanggapan : Dari contoh kasus diatas memperlihatkan bahwa kesadaran masyarakat akan agama masih rendah. Khususnya umat muslim di Indonesia. Padahal Indonesia adalah negara dengan pemeluk Islam terbesar di dunia. Tetapi kenapa Indonesia kurang dikenal sebagai negara yang religius? Mungkin karena kurangnya pendidikan agama yang didapatkan masyarakat saat ini. Meskipun masih banyak ulama di sekitar kita. Oleh karena itu pendidikan agama sangat penting ditanamkan di hati setiap orang dari kecil. Karena pendidikan agama akan menjadi bekal kita di akhirat yang mana itu adalah tempat yang sesungguhnya kekal bagi kita.

Contoh kasus Yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan kemiskinan

BAB 9
Contoh kasus Yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan kemiskinan:
Contoh 1: Di Negara Indonesia Ini, Banyak anak-anak yang terlantar karena orang tuanya yang tidak mampu membiayai anaknya sekolah, sehingga lama-kelamaan akan menghasilkan  generasi yang tidak mengerti ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Dan inilah titik awal dari factor-faktor kemiskinan karena pendidikan yang tidak tinggi.
Ilmu Pengetahuan teknologi dan kemiskinan merupakan bagian-bagian yang tidak dapat dibebaskan dan dipisahkan dari suatu system yang berinteraksi. Dengan demikian, wajarlah apabila menghadapi masalah yang kompleks ini, memerlukan study mendalam dan analisis. Ilmu Teknologi dan penerapannya sebagai jalur utama yang dapat menyongsong masa depan cerah, kepercayaannya sudah mendalam. Sikap demikian adalah wajar, asalkan tetap dalam konteks penglihatan yang rasional. Sebab teknologi, selain mempermudah kehidupan manusia mempunyai dampak social yang sering lebih penting artinya dari pada kehebatan teknologi itu sendiri.